Kelas
Sembilan. Yang pertama kali kau pikirkan adalah UN. Entahlah, sejauh ini aku
belum memikirkan 2 kata itu. Agak kelihatan nggak bertanggung jawab. Tapi aku punya kesamaan dengan teman-teman lain jika berbiicara tentang
kelas Sembilan. Adalah kedewasaan. Sebagian dari kalian dengan mudahnya menemui
kedewasaan sekalipun kau anggap sulit. Ya aku berharap sama.
Ah,
kelas Sembilan. Jika kelas yang kau tempati saja sudah tidak mengenakkan (baik
bagi siswa tertentu maupun guru) bagaimana proses belajar-mengajar akan terjadi
sesuai dengan yang kita semua terlebih yang orang tua harapkan. Setiap insan selama mereka mampu berlogika, beraqidah dengan baik, dan menggunakan perasaannya
pasti tidak akan mau berkumpul dengan orang-orang yang tidak sejalan atau tidak
memiliki salah satu dari 3 sifat tadi. Berlogika, beraqidah, dan berperasaan. Namun
bagaimana jika engkau dituntut untuk bersama mereka?
Sebuah
kalimat berbunyi, “Bukan kata kau dimana berada ataupun bersama siapa, karena
hatimu yang lunak, jiwamu yang baik, pasti masih tersisa.”
Jika
dipikir ulang, dizaman yang telah berubah seperti saat ini, kalimat tersebut
tidak menutupi kemungkinan untuk tidak tercipta. Tapi hal itulah yang harus
kupegang untuk saat ini. Entah sampai kapan usainya.
Berkumpul
denganmu hendaknya menghadirkan kebahagiaann, ketenangan. Karena mestinya,
kesengsaraan tidak dating ketika kita berkumpul, ketika kita berukhuwah
dengan sesama muslim.
Ya
Allah, yakinkan aku dengan apa yang telah kutulis dan kuucapkan.
Bismillaahirrahmaanirrahiim:)

Arin Arin kece deh blognya :3
ReplyDelete