7/11/2014

Sebuah Penyesuaian

Kelas Sembilan. Yang pertama kali kau pikirkan adalah UN. Entahlah, sejauh ini aku belum memikirkan 2 kata itu. Agak kelihatan nggak bertanggung jawab. Tapi aku punya kesamaan dengan teman-teman lain jika berbiicara tentang kelas Sembilan. Adalah kedewasaan. Sebagian dari kalian dengan mudahnya menemui kedewasaan sekalipun kau anggap sulit. Ya aku berharap sama.

Ah, kelas Sembilan. Jika kelas yang kau tempati saja sudah tidak mengenakkan (baik bagi siswa tertentu maupun guru) bagaimana proses belajar-mengajar akan terjadi sesuai dengan yang kita semua terlebih yang orang tua harapkan. Setiap insan selama mereka mampu berlogika, beraqidah dengan baik, dan menggunakan perasaannya pasti tidak akan mau berkumpul dengan orang-orang yang tidak sejalan atau tidak memiliki salah satu dari 3 sifat tadi. Berlogika, beraqidah, dan berperasaan. Namun bagaimana jika engkau dituntut untuk bersama mereka?

Sebuah kalimat berbunyi, “Bukan kata kau dimana berada ataupun bersama siapa, karena hatimu yang lunak, jiwamu yang baik, pasti masih tersisa.”

Jika dipikir ulang, dizaman yang telah berubah seperti saat ini, kalimat tersebut tidak menutupi kemungkinan untuk tidak tercipta. Tapi hal itulah yang harus kupegang untuk saat ini. Entah sampai kapan usainya.

Berkumpul denganmu hendaknya menghadirkan kebahagiaann, ketenangan. Karena mestinya, kesengsaraan tidak dating ketika kita berkumpul, ketika kita berukhuwah dengan sesama muslim.

Ya Allah, yakinkan aku dengan apa yang telah kutulis dan kuucapkan.
Bismillaahirrahmaanirrahiim:)